Bentuk dan Faktor Penyebab Konflik Sosial

Konflik berasal dari bahasa latin, yaitu “configure”, yang berarti saling memukul. Secara sosiologis dapat diartikan sebagai proses sosial di mana terdapat gejala-gejala untuk menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkannya. Soerjono Soekanto ( 98 ; 2005) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik, di antaranya adanya permasalahan atau perselisihan berkaitan dengan mobilitas individu, atau kelompok dan distribusi/pembagian sumber daya ekonomi, sosial, dan politik yang tidak diselesaikan secara kompromi.

A. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosia
Jenis konflik yang ada dalam masyarakat sangat banyak, mulai dari perkelahian antarpribadi, kerusuhan massal, sampai pada revolusi. Secara umum sumber-sumber terjadinya pertentangan atau konflik ad alah sebagai berikut:

1. Perbedaan Antarindividu
Setiap individu akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang unik. Setiap individu memiliki pemikiran, pendirian, dan perasaan yang berbeda dengan individu lain. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2. Perbedaan Kebudayaan
Menurut Herskovits budaya langsung memengaruhi perilaku dan kepribadianindividu-individu yang tinggal dalam lingkungan masyarakat yang memiliki budaya tersebut. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.

Seorang individu yang lahir dan dibesarkan di pedesaan, akan memiliki kepribadian yang mandiri, berjiwa sosial, menghormati orang lain, toleransi, dan lain-lain. Namun, akan berbeda dengan kepribadian yang dimiliki oleh seorang individu yang tumbuh dan berkembang di perkotaan, ia cenderung bersifat individualistis, acuh, kompetitif, dan lain-lain.

3. Perbedaan Kepentingan
Manusia dalam kehidupannya di masyarakat akan berhadapan dengan kepentingan-kepentingan lain yang berkembang dalam kelompok tersebut. Kepentingan-kepentingan yang berkembang dalam kelompok tersebut tidak jarang akan saling berbenturan dan bertentangan. Misalnya, perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh dalam hal upah kerja. Di satu sisi, majikan menginginkan upah kerja yang rendah, akan tetapi di sisi lain, buruh menginginkan hal yang sebaliknya, di mana mereka ingin dibayar dengan upah yang tinggi.

Konflik yang bersumber dari perbedaan kepentingan pada awalnya bersumber dari adanya perbedaan ideologi antarindividu. Kemudian berkembang dalam bentuk demonstratif.

4. Perubahan Sosial
Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan yang berlangsung cepat atau bahkan mendadak dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

B. Bentuk-Bentuk Konflik berdasarkan Ruang Lingkupnya
Berbagai bentuk konflik yang terdapat dalam masyarakat sebagai akibat dari faktor-faktor yang telah diuraikan di atas dan juga sebagai akibat dari mobilitas sosial adalah sebagai berikut:

1. Konflik Antarkelas
Konflik antarkelas adalah konflik yang terjadi antara kelas atas dan kelas bawah dalam masyarakat. Kelas sosial merupakan penggolongan masyarakat atas dasar kriteria ekonomi dengan karakteristik tertentu. Karakteristik ini bisa berupa jabatan atau kekayaan. Dengan karakteristik tersebut masyarakat dapat digolongkan menjadi kelas atas dan kelas bawah.

Dalam konflik antarkelas, tentu kelompok kelas atas akan menjadi lebih kuat. Dominasi kelompok atas menjadi lebih kuat terhadap kelompok bawah karena ketergantungan kelompok bawah pada kelompok atas. Kelompok kelas atas akan berusaha mengeksploitasi atau menggunakan semaksimal mungkin kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan dari kelompok bawah yang dipimpinnya.

2. Konflik Antarkelompok
Konflik antarkelompok adalah konflik yang melibatkan lebih dari satu kelompok dalam masyarakat (terjadi secara massal). Salah satu konsekuensi dari mobilitas sosial adalah terbentuknya kelompok
sosial. Kelompok baru bisa timbul sebagai akibat dari perubahan kedudukan anggota masyarakat. Kelompok baru bisa terbentuk karena ada mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Misalnya seseorang yang menjadi anggota partai politik. Tujuan sebuah partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dalam ketatanegaraan. Hal ini berakibat pada terjadinya persaingan yang ketat dengan partai politik lain.

3. Konflik Antargenerasi 
Konflik antargenerasi adalah konflik yang terjadi antara generasi tua dengan generasi muda berkaitan dengan perbedaan pandangan mengenai suatu hal, Misalnya reformasi yang beberapa waktu lalu
didengungkan masyarakat dengan diawali oleh gerakan mahasiswa, menjadi sumber konflik yang luar biasa.

 Secara sosiologis dapat diartikan sebagai proses sosial di mana terdapat gejala Bentuk dan Faktor Penyebab Konflik Sosial
Reformasi 1998
Konflik ini tidak hanya meminta korban harta benda, tetapi juga nyawa manusia. Pemahaman tentang demokrasi yang ideal bagi mahasiswa diharapkan dapat menggantikan tatanan kepemimpinan nasional. Dengan jiwa dan semangat juang yang tinggi, generasi muda berkeinginan agar terjadi perubahan secara total dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan. Namun, generasi tua yang sedang berkuasa tidak menginginkan hal tersebut. Mereka berpendapat bahwa perubahan boleh terjadi, asalkan bersifat gradual (bertahap) tetapi tidak bersifat total

4. Konflik Antaretnis, Agama, dan Antargolongan
Konflik antaretnis, agama, dan golongan adalah konflik yang terjadi akibat semakin dipertajamnya perbedaan-perbedaan antaretnis, agama, dan golongan yang melibatkan para pengikut dari etnis, agama, dan golongan yang bersangkutan.

  1. Konflik antaretnis pernah terjadi di Sambas, Kalimantan Barat. Konflik tersebut terjadi antara etnis Dayak dengan etnis Madura. Pada dasarnya konflik bermula dari hal yang kecil atau bersifat individual. Tetapi kemudian membesar ketika solidaritas sosial etnis muncul.
  2. Konflik antarpemeluk agama ditengarai terjadi di Ambon. Pada peristiwa tersebut yang bermula dari konflik kecil antarkelompok kemudian berkembang dan membesar karena dipicu oleh adanya sentimen agama. Disatu pihak adalah para penduduk asli yang berasal dari Ambon yang beragama Kristen, sedangkan di lain pihak yaitu penduduk asli dan pendatang dari Sulawesi Selatan yang rata-rata beragama Islam.
  3. Contoh konflik antargolongan lainnya seperti konflik antarsopir angkutan, konflik antarmasyarakat pedagang dengan preman, dan sebagainya. Konflik antargolongan yang sangat besar pernah terjadi di Indonesia, yaitu ketika terjadi pemberontakan PKI. Pemerintah dan masyarakat sadar bahwa golongan tersebut sangat berbahaya, sehingga perlu ditolak keberadaannya.

Previous
Next Post »